Pada 14-15 April 2014 malam, akan terjadi sebuah fenomena alam menarik. Pasalnya, sebelum tengah malam akan terjadi gerhana bulan yang membuat dirinya berwarna kemerahan seperti darah atau dikenal dengan "blood moon".
Istilah blood moon, ternyata jarang digunakan di kalangan astronom. Kalaupun menggunakannya adalah sebagai alternatif untuk Hunter's Moon -- bulan purnama yang mengikuti Harvest Moon, biasanya muncul pada akhir Oktober. Seperti halnya Harvest Moon, Hunter's Moon naik perlahan pada malam musim gugur sehingga bersinar melalui lapisan tebal atmosfer Bumi. Warnanya menjadi merah oleh hamburan Rayleight -- hamburan elastis dari cahaya atau radiasi elektromagnetik lain oleh partikel lain -- dan polusi udara.
Gerhana yang akan terjadi pada pertengahan April ini, menjadi gerhana total yang pertama dari 4 gerhana bulan berturut-turut atau disebut 'tetrad series of eclipses' tahun 2014. Peristiwa ini cukup langka karena hanya akan terjadi tujuh kali lagi di abad ini, setelah sebelumnya pernah terjadi pada tahun 2003 dan 2004. Namun, bagi sebagian orang yang meyakini takhayul, blood moon dianggap sebagai sebuah pertanda buruk bagi kehidupan di Bumi.
Menurut ilmuwan, anggapan soal pertanda buruk tersebut lantaran kurang dipahaminya dengan baik soal mekanisme di balik gerhana. Seperti halnya Komet Elenin yang pernah dianggap planet liar Nibiru, yang akan menabrak dan mengguncang Bumi. Namun nyatanya, Elenin kini telah mati.
"Sekarang orang tahu bahwa gerhana seperti itu hanya kejadian normal, pada siklus tata surya, hal-hal yang telah terjadi secara teratur selama ribuan tahun dan yang akan terjadi selama ribuan tahun ke depan. Satu-satunya hal yang terjadi selama gerhana bulan adalah bahwa Bulan menghabiskan beberapa jam melewati bayangan Bumi, hampir tidak ada sesuatu yang harus dikhawatirkan," demikian ujar Geoff Gaherty dari Starry Night Education, seperti dikutip dari situs sains SPACE.com, Kamis (12/4).
(BAS-WIN/vey/Inilah/Space/ Foto:Markconn)